BAB
I
PENDAHULUAn
Kehidupan
manusia sangatlah komplek, begitu pula hubungan yang terjadi pada
manusia sangatlah luas. Hubungan tersebut dapat terjadi antara
manusia dengan manusia, manusia dengan alam, manusia dengan makhluk
hidup yang ada di alam, dan manusia dengan Sang Pencipta. Setiap
hubungan tersebut harus berjalan seimbang. Selain itu manusia juga
diciptakan dengan sesempurna penciptaan, dengan sebaik-baik bentuk
yang dimiliki. Hal ini diisyaratkan dalam surat At-Tiin: 4
“Sesungguhnya
kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk
yang
sebaik-baiknya”.
Dalam
ayat ini Allah menegaskan
bahwa Dia telah menjadikan manusia makhluk ciptaan-Nya yang paling baik; badannya lurus ke atas, cantik parasnya, mengambil dengan tangan apa yang dikehendakinya; bukan seperti kebanyakan binatang yang mengambil benda yang dikehendakinya dengan perantaraan mulut. Kepada manusia diberikan-Nya akal dan dipersiapkan untuk menerima bermacam-macam ilmu pengetahuan dan kepandaian; sehingga dapat berkreasi (berdaya cipta) dan sanggup menguasai alam dan binatang.
bahwa Dia telah menjadikan manusia makhluk ciptaan-Nya yang paling baik; badannya lurus ke atas, cantik parasnya, mengambil dengan tangan apa yang dikehendakinya; bukan seperti kebanyakan binatang yang mengambil benda yang dikehendakinya dengan perantaraan mulut. Kepada manusia diberikan-Nya akal dan dipersiapkan untuk menerima bermacam-macam ilmu pengetahuan dan kepandaian; sehingga dapat berkreasi (berdaya cipta) dan sanggup menguasai alam dan binatang.
Manusia
juga harus bersosialisasi dengan lingkungan, yang merupakan
pendidikan awal dalam suatu interaksi sosial. Hal ini menjadikan
manusia harus mempunyai ilmu pengetahuan yang berlandaskan ketuhanan.
Karena dengan ilmu tersebut manusia dapat membedakan antara yang hak
dengan yang bukan hak, antara kewajiban dan yang bukan kewajiban.
Sehingga norma-norma dalam lingkungan berjalan dengan harmonis dan
seimbang. Agar norma-norma tersebut berjalan haruslah manusia di
didik dengan berkesinambungan dari “dalam ayunan hingga ia wafat”,
agar hasil dari pendidikan –yakni kebudayaan– dapat
diimplementasikan dimasyaakat.
Pendidikan
sebagai hasil kebudayaan haruslah dipandang sebagai “motivator”
terwujudnya kebudayaan yang tinggi. Selain itu pendidikan haruslah
memberikan kontribusi terhadap kebudayaan, agar kebudayaan yang
dihasilkan memberi nilai manfaat bagi manusia itu sendiri khususnya
maupun bagi bangsa pada umumnya.
Dengan
demikian dapat kita katakan bahwa kualitas manusia pada suatu negara
akan menentukan kualitas kebudayaan dari suatu negara tersebut,
begitu pula pendidikan yang tinggi akan menghasilkan kebudayaan yang
tinggi. Karena kebudayaan adalah hasil dari pendidikan suatu bangsa.
BAB
II
2.1
Pengertian
Manusia
Secara
bahasa manusia berasal dari
dari kata”manu”(Sansekerta), “mens” (Latin),
yang berarti berpikir, berakal budiatau makhluk yang berakal budi
(mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat
diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau
realitas, sebuah kelompok (genus)
atau seorang individu. Dalam
hubungannya
dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup (living
organism).Terbentuknya
pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara ekstrim
dapat dikatakan, setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik
lingkungan vertikal (genetika, tradisi), horizontal (geografik,
fisik, sosial), maupun kesejarahan.
2.2
Pengertian
Budaya dan Kebudayaan
Kata
budaya merupakan bentuk majemuk kata budi-daya yang berarti cipta,
karsa, dan rasa. Sebenarnya kata budaya hanya dipakai sebagai
singkatan kata kebudayaan, yang berasal dari Bahasa
Sangsekerta budhayahyaitu
bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Budaya atau
kebudayaan dalam Bahasa Belanda di istilahkan dengan kata culturur.
Dalam bahasa Inggris culture.
Sedangkan dalam bahasa Latin dari kata colera.
Colera berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan
tanah (bertani). Kemudian pengertian ini berkembang dalam arti
culture, yaitu sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk
mengolah dan mengubah alam.
Budaya adalah
suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Budaya terbentuk
dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
Kebudayaan adalah
sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem
ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam
kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan
perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang
bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup,
organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya
ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.
2.3Manusia
Sebagai Makhluk Budaya
Manusia
adalah mahluk berbudaya. Berbudaya merupakan kelebihan manusia
dibanding mahluk lain. Manusia adalah makhluk yang paling sempurna
bila dibanding dengan makhluk lainnya, mempunyai kewajiban dan
tanggung jawab untuk mengelola bumi. Oleh karena itu manusia
harus menguasai segala sesuatu yang berhubungan dengan
kepemimpinannya di muka bumi disamping tanggung jawab dan etika moral
harus dimiliki, menciptakan nilai kebaikan, kebenaran, keadilan dan
tanggung jawab agar bermakna bagi kemanusiaan. Selain itu manusia
juga harus mendayagunakan akal budi untuk menciptakan kebahagiaan
bagi semua makhluk Tuhan
Dengan
berbudaya, manusia dapat memenuhi kebutuhan dan menjawab tantangan
hidupnya. Manusia menggunakan akal dan budinya dalam berbudaya.
Kebudayaan merupakan perangkat yang ampuh dalam sejarah kehidupan
manusia yang dapat berkembang dan dikembangkan melalui sikap-sikap
budaya yang mampu mendukungnya.
Banyak pengertian tentang budaya atau kebudayaan. Kroeber dan Kluckholn (1952) menginventarisasi lebih dari 160 definisi tentang kebudayaan, namun pada dasarnya tidak terdapat perbedaan yang bersifat prinsip
Banyak pengertian tentang budaya atau kebudayaan. Kroeber dan Kluckholn (1952) menginventarisasi lebih dari 160 definisi tentang kebudayaan, namun pada dasarnya tidak terdapat perbedaan yang bersifat prinsip
Konsep
kebudayaan membantu dalam membandingkan berbagai mahluk hidup. Isu
yang sangat penting adalah kemampuan belajar. Lebah melakukan
aktifitasnya hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun
dalam bentuk yang sama. Setiap jenis lebah mempunyai pekerjaan yang
khusus dan melakukan kegiatannya secara kontinyu tanpa memperdulikan
perubahan lingkungan disekitarnya. Lebah pekerja terus sibuk
mengumpulkan madu untuk koloninya. Tingkah laku ini sudah terprogram
dalam gen mereka yang berubah secara sangat lambat dalam mengikuti
perubahan lingkungan di sekitarnya. Perubahan tingkah laku lebah
akhirnya harus menunggu perubahan dalam gen. Hasilnya adalah
tingkah-laku lebah menjadi tidak fleksibel.
Berbeda
dengan binatang, tingkah laku manusia sangat fleksibel. Hal ini
terjadi karena kemampuan dari manusia untuk belajar dan beradaptasi
dengan apa yang telah dipelajarinya. Sebagai makhluk berbudaya,
manusia mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan,
baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan hidupnya.
Kebudayaan
mencerminkan tanggapan manusia terhadap kebutuhan dasar hidupnya.
Manusia berbeda dengan binatang, bukan saja dalam banyaknya
kebutuhan, namun juga dalam cara memenuhi kebutuhan tersebut.
Kebudayaanlah yang memberikan garis pemisah antara manusia dan
binatang .
Ketidakmampuan
manusia untuk bertindak instingtif diimbangi oleh kemampuan lain
yakni kemampuan untuk belajar, berkomunikasi dan menguasai
objek-objek yang bersifat fisik. Kemampuan untuk belajar dimungkinkan
oleh berkembangnya inteligensi dan cara berfikir simbolik. Terlebih
lagi manusia mempunyai budi yang merupakan pola kejiwaan yang di
dalamnya terkandung dorongan-dorongan hidup yang dasar, insting,
perasaan, dengan pikiran, kemauan dan hubungan yang bermakna dengan
alam sekitarnya dengan jalan memberi penilaian terhadap obyek dan
kejadian.
Manusia
adalah mahluk yang berbudaya. Berbudaya merupakan ciri khas kehidupan
manusia yang membedakannya dari mahluk lain. Manusia dilahirkan dalam
suatu budaya tertentu yang mempengaruhi kepribadiannya. Pada umumnya
manusia sangat peka terhadap budaya yang mendasari sikap dan
perilakunya.
Kebudayaan
merupakan induk dari berbagai macam pranata yang dimiliki manusia
dalam hidup bermasyarakat. Etika merupakan bagian dari kompleksitas
unsur-unsur kebudayaan. Ukuran etis dan tidak etis merupakan bagian
dari unsur-unsur kebudayaan. Manusia membutuhkan kebudayaan, yang
didalamnya terdapat unsur etika, untuk bisa menjaga kelangsungan
hidup. Manusia yang berbudaya adalah manusia yang menjaga tata aturan
hidup.
Etika
dapat diciptakan, tetapi masyarakat yang beretika dan berbudaya hanya
dapat diciptakan dengan beberapa persyaratan dasar, yang membutuhkan
dukungan-dukungan, seperti dukungan politik, kebijakan, kepemimpinan
dan keberanian mengambil keputusan, serta pelaksanaan secara
konsekuen. Selain itu dibutuhkan pula ruang akomodasi, baik lokal
maupun nasional di mana etika diterapkan, pengawasan, pengamatan, dan
adanya pihak-pihak yang memelihara kehidupan etika. Kesadaran etis
bisa tumbuh karena disertai akomodasi.
Berbudaya,
selain didasarkan pada etika juga terkandung estetika di dalamnya.
Jika etika menyangkut analisis dan penerapan konsep seperti benar,
salah, baik, buruk, dan tanggung jawab, estetika membahas keindahan,
bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa
merasakannya .
Hakikat
kodrat manusia itu adalah :
1)
sebagai individu yang berdiri sendiri (memiliki cipta, rasa, dan
karsa).
2)
sebagai makhluk sosial yang terikat kepada lingkungannya (lingkungan
sosial, ekonomi, politik, budaya dan alam), dan
3)
sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Perbuatan-perbuatan baik manusia
haruslah sejalan dan sesuai dengan hakikat kodratinya.
Manusia
dipandang mulia atau terhina tidak berdasarkan aspek fisiologisnya.
Aspek fisik bukanlah tolak ukur bagi derajat kemanusiaannya.
Hakikat
kodrati manusia tersebut mencerminkan kelebihannya dibanding mahluk
lain. Manusia adalah makhluk berpikir yang bijaksana (homo sapiens),
manusia sebagai pembuat alat karena sadar keterbatasan inderanya
sehingga memerlukan instrumen (homo faber), manusia mampu berbicara
(homo languens), manusia dapat bermasyarakat (homo socious) dan
berbudaya (homo humanis), manusia mampu mengadakan usaha (homo
economicus), serta manusia berkepercayaan dan beragama (homo
religious), sedangkan hewan memiliki daya pikir terbatas dan benda
mati cenderung tidak memliki perilaku dan tunduk pada hukum
alam.
Keunggulan
manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan beradab berkat
ketekunannya memantau berbagai gejala dan peristiwa alam. Manusia
tidak lagi menemukan kenyataan sebagai sesuatu yang selesai,
melainkan sebagai peluang yang membuka berbagai kemungkinan. Setiap
kenyataan mengisyaratkan adanya kemungkinan. Transendensi manusia
terhadap kenyataan yang ditemuinya sebagai pembuka berbagai
kemungkinan itu merupakan kemampuannya yang paling mendasari
perkembangan pengetahuannya.
Manusia
juga harus bersosialisasi dengan lingkungan, yang merupakan
pendidikan awal dalam suatu interaksi sosial. Hal ini menjadikan
manusia harus mempunyai ilmu pengetahuan yang berlandaskan ketuhanan.
Pendidikan sebagai hasil kebudayaan haruslah dipandang sebagai
“motivator” terwujudnya kebudayaan yang tinggi. Selain itu
pendidikan haruslah memberikan kontribusi terhadap kebudayaan, agar
kebudayaan yang dihasilkan memberi nilai manfaat bagi manusia itu
sendiri khususnya maupun bagi bangsa pada umumnya.
Kebudayaan
yang diciptakan dan dimiliki oleh manusia mencerminkan pribadi
manusia sebagai mahlu ciptaan yang paling sempurna diantara yang
lainnya. Kebudayaan yang terus berkembang di kehidupan bermasyarakat
dapat menjadi suatu tolak ukur dalam melihat betapa berbudayanya
masyarakat di dalam suatu Negara.
Dengan
demikian dapat kita katakan bahwa kualitas manusia pada suatu negara
akan menentukan kualitas kebudayaan dari suatu negara tersebut,
begitu pula pendidikan yang tinggi akan menghasilkan kebudayaan yang
tinggi. Karena kebudayaan adalah hasil dari pendidikan suatu bangsa.
Sebagai
bangsa yang majemuk, Indonesia memiliki dua macam sistem budaya yang
sama-sama harus dipelihara dan dikembangkan, yakni sistem budaya
nasional dan sistem budaya etnik lokal. Sistem budaya nasional adalah
sesuatu yang relatif baru dan sedang berada dalam proses
pembentukannya. Sistem ini berlaku secara umum untuk seluruh bangsa
Indonesia, tetapi sekaligus berada di luar ikatan budaya etnik lokal.
Nilai-nilai
budaya yang terbentuk dalam sistem budaya nasional bersifat
prospektif, misalnya kepercayaan religius kepada Tuhan Yang Maha Esa;
pencarian kebenaran duniawi melalui jalan ilmiah; penghargaan yang
tinggi atas kreativitas dan inovasi, efisiensi tindakan dan waktu;
penghargaan terhadap sesama atas dasar prestasinya lebih daripada
atas dasar kedudukannya; penghargaan yang tinggi kepada kedaulatan
rakyat; serta toleransi dan simpati terhadap budaya suku bangsa yang
bukan suku bangsanya sendiri.
Nilai-nilai
tersebut menjadi bercitra Indonesia karena dipadu dengan nilai-nilai
lain dari nilai-nilai budaya lama yang terdapat dalam berbagai sistem
budaya etnik lokal. Kearifan-kearifan lokal pada dasarnya dapat
dipandang sebagai landasan bagi pernbentukan jatidiri bangsa secara
nasional. Kearifan-kearifan lokal itulah yang membuat suatu budaya
bangsa memiliki akar. Budaya etnik lokal seringkali berfungsi sebagai
sumber atau acuan bagi penciptaan-penciptaan baru, seperti dalam
bahasa, seni, tata masyarakat, dan teknologi, yang kemudian
ditampilkan dalam perikehidupan lintas budaya.
Kebudayaan
di Indonesia sangat beragam karena memiliki banyak perbedaan antar
manusia yang berada di tanah inonesia, namun Indonesia mempunyai
semboyan bhineka tunggal ika yang diartikan walaupun berbeda – beda
tetapi tetap satu . pada setiap daerah memiliki adat istiadat yang
berbeda – beda pula, itulah yang membedakan aturan – aturan di
tiap daerah . seperti suku asmat di papua dengan pakaian khas bagi
kaum laki laki yang menggunakan koteka dan bahkan penduduknya
ada juga yang tidak memakai busana, tetapi hal itu tidak di langgar
karena sudah menjadi tradisi disana . apabila hal seperti itu ada di
daerah Jakarta sudah dapat dipastikan sudah melanggar aturan
hukum yang berlaku . seperti itulah mengapa peraturan di setiap
daerah di Indonesia cukup beragam . budaya di Indonesia sangat kuat
karena adanya budaya yang turun – temurun dari nenek moyang hingga
sekarang . dan masih banyak acara adat di berbagai daerah untuk
melestarikan budayanya masing – masing daerah .
Perilaku
manusia berbudaya adalah perilaku yang dijalankan sesuai dengan
moral, norma-norma yang berlaku dimasyarakat, sesuai dengan perintah
di setiap agama yang diyakini, Dan sesuai dengan hukum Negara yang
berlaku. Dalam berperilaku, manusia yang berbudaya tidak menjalankan
sikap-sikap atau tindakan yang menyinpang dari peraturan-peraturan
baik berupa norma- norma yang ada di masyarakat maupun hokum yang
berlaku.
Oleh
karena itu sifat manusia yang berbudaya itu yang harus dimiliki
setiap manusia khususnya bangsa Indonesia yang dikenali sebagai
Negara yang besar dengan banyaknya budaya yang dimiliki. Jadilah
manusia yang memiliki budaya yang tinggi yang menjadikan manusia
tersebut sebagai manusia yang berbudaya dan tentu manusia yang
berbudaya itu pasti juga manusia yang berpendidikan, akan tetapi
sebaliknya manusia yang berpendidikan itu belum tentu dia manusia
yang berbudaya. Banyak contoh di negara ini manusia yang pintar atau
berpendidikan yang melakukan banyak tindak kejahatan atau menyimpang
contohnya seperti korupsi. Itu semua terjadi karena mereka tidak
menjadi manusia yang berbudaya Dan akibatnya mereka tidak memiliki
moral, kejujuran, Dan rasa tanggung jawab.
Karena
itu jadilah manusia yang berbudaya. Dengan menjadi manusia yang
berbudaya maka masyarakat akan memiliki sikap yang berakal budi,
bermoral, sopan dan santun dalam menjalani kehidupan diri sendiri
ataupun berbangsa dan bernegara. Sikap Dan sifat manusia yang
berbudaya itu juga yang akan menjadikan bangsa Indonesia bangsa yang
besar yang memiliki jati diri sendiri sebagai bangsa yang beradab dan
bermartabat.
KESIMPULAN
Manusia
Sebagai Makhluk Budaya adalah Manusia yang diciptakan untuk
menjalankan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai makhluk Tuhan.
Manusia harus menguasai segala sesuatu yang berhubungan dengan
kepemimpinannya di muka bumi disamping tanggung jawab dan etika moral
harus dimiliki, menciptakan nilai kebaikan, kebenaran, keadilan dan
tanggung jawab agar bermakna bagi kemanusiaan dan lingkungan
sekitarnya.
Daftar
Pustaka
http://agtienramadhan.blogspot.com/
http://dimasreddevil.blogspot.com/2012/06/manusia-sebagai-makhluk-berbudaya.html
http://dimasreddevil.blogspot.com/2012/06/manusia-sebagai-makhluk-berbudaya.html
0 komentar:
Posting Komentar